Nebula's day...
***
Huff--
Bad dream...
..really bad dream. Entah apa yang mereka perebutkan tapi, ujung-ujungnya.. seorang wanita berparas pucat dan manis--yang tentu saja tak dikenal--menodongkan pelatuk pistol, kalau tak salah namanya--tokalev, ke pelipis pemuda 13 tahun ini. Nebula merasa pernah mengenalnya. Hanya saja.. aku tak tahu siapa dia. Kau tahu namanya kan? deja vu. Memang--tak bisa kupungkiri kalau aku pernah atau bahkan sering mengalami deja vu, tapi yang ini berbeda. Ini sudah mimpi ke sekian kalinya. Kau tahu, seperti cerita bersambung.. Kira-kira ini sudah episode ke 15-kalau ia tak salah hitung. Pemuda 13 tahun itu tentu saja akan menceritakan hal ini kepada sang sahabat, Alania--gadis berusia sama dengannya yang selalu dilanda kesialan tak terduga--. Aliana pendengar yang baik. Ia sudah mengenal Aliana sebaik keluarganya mengenal gadis itu.
Pagi ini mungkin cerah kalau-kalau tak ada air yang jatuh dari langit selama berjam-jam. Hujan. Niatnya untuk mengunjungi atau sebut sajalah--bermain dengan Aliana pun pupus. Mungkin ia harus menunggu selama beberapa jam hingga hujan turun. Tapi, kenyataannya...tidak. Sesosok gadis masuk ke dalam rumahnya dengan menenteng sebuah payung berwarna merah-pucat yang sudah basah dan sepasang sandal yang talinya putus.
"Lagi, eh?" tanyanya seraya menghadang gadis itu di pintunya.
"Yeah--kau tahu.. Kupikir dewi Fortuna akan tersedak cemilannya dan kemudian tersadar kalau salah satu pengagumnya sedang menerobos hujan. Like me." jawabnya seraya meletakkan sandalnya di tepi teras dan menyandarkan payungnya yang basah di dekat mobil Porsche 911 hitam itu. "--tapi, sepertinya dewi Fortuna masih sangat menjaga cara makannya, sekalipun itu cemilan, dan berusaha takkan tersedak."
"Konyol kau! sudahlah. Ayo masuk!" ucapnya seraya menarik tangan kanan Aliana--satu-satunya bagian tubuh Aliana yang tidak basah.
Kebetulan--rumah Nebula sepi. Hanya ada dirinya--dan sekarang ada Aliana disana. Orang tua Nebula sudah lebih dari 1 bulan ini pergi ke Hog's Head--salah satu desa yang ada di kawasan Brooklyn. Dirinya dan gadis berambut cokelat-kemerahan itu sudah seperti saudara. Hingga tak ada lagi rasa kaku atau tegang saat mereka berkunjung ke salah satu rumah mereka.
"Aku minta cokelat panas, ya!" teriak Aliana dari dapur yang kentara sekali sedang menahan dingin yang sudah melanda badan mungil gadis itu.
"Bikin saja, sendiri. Ahh--tempat gula, kemarin kupindah ke tupperware dengan tutup hijau tua yang ada dalam lemari. Kupikir disana lebih bagus." jawab Nebula balas teriak. Seperti di hutan saja. Pakai teriak-teriak segala. Pikirlah, ini i dirumah, dan rumah pemuda itu memang besar tapi--tak bisa dibilang sebanding dengan istana. Rumahnya hanya berada 1 km dari rumah Aliana. Mereka berteman sejak berumur 8 tahun. Dan--perbedaan gender tak membuat perselisihan yang berarti ada pada mereka.
Suara televisi 29' menggelegar seisi rumah. Pemuda belasteran Amerika-Jerman itu bersandar pada sofanya seraya memakan potato chips: Firenzoe chips kesukaannya. Dan itu--rasa sandwich + lada hitam. Hmm--kemana Aliana? Lama sekali bikin cokelat panasnya. Ah-iya, Nebula juga mempunyai kakak perempuan bernama Nicole. Nicole berumur 19 tahun dan sekarang sedang kuliah di Oxford University. Jadi, sampai kuliahnya selesai, kakaknya itu takkan pulang ke rumah. Lagipula--kakak perempuannya itu menyebalkan. Dan--ada lagi. Norbert, kakak laki-lakinya. Dia berumur 16 tahun, dan sekarang sedang kerja sambilan seusai sekolah. Kakak laki-lakinya pintar dan tentu saja punya kemauan. Ia pekerja keras. Sangat berbeda dengan dirinya yang seorang pemalas dan sering tidur. Sedangkan kakak perempuannya, Nicole, dia sangat feminin dan cantik, dan juga pintar tentunya--seluruh keluarga mereka pintar. Keturunan ayah dan ibu mereka yang seorang ilmuwan dan dokter. Nicole mahir memainkan alat musik dan unggul dengan suaranya yang bagus. Dia bisa jadi musisi kalau dia mau. Sayangnya, dia malah memilih untuk menjadi seorang Ahli grafis.
Ada yang tak beres dengan betapa lamanya Aliana di dapur. Kenapa dia? Tanpa suara. Pemuda bermata Hazel itupun beranjak bangun dari sandarannya dan pergi ke dapur. Mengambil minum sekaligus mencari tahu alasan Aliana betah di dapur.
"Aliana, lama sekali, kau?" tanyanya setelah menghabiskan satu gelas air-putih yang diambilnya.
"Kau harus tahu.. Aku sudah berkali-kali membuat cokelat hangat, tapi--rasanya selalu aneh. Asin. Ini, biar kau coba!" ucap Aliana bingung.
Pemuda itu mengernyitkan alisnya. Bingung. Ia meletakkan gelas kosong yang ada di tangannya dan meraih gelas berisi cairan berwarna cokelat pekat yang juga beruap. Ia meminum cairan yang ada di dalam gelas itu, dan...
"--yaks! Kau tidak menambah gula? Biasanya kau melakukannya. Dan--kau sudah ganti selera, ya. Sekarang kau membuat cokelat dengan tambahan garam?" tanyanya seraya menahan tawa.
"Aku tidak menambahkan garam. Kau bilang gulanya ada di tupperware tutup hijau yang ada di dalam lemari. Aku memasukkan apa yang ada di dalamnya ke cokelat panas-ku." ucapnya seraya mengambil tupperware yang dimaksud. Nebula mengambilnya dan membukanya. Itu benar tupperware yang ia maksudkan, tapi, kenapa isinya jadi garam? Siapa yang menukarnya?