one slow dance
blah blah blah.
you can introduce your blog or curse your readers here, whichever's more fun, though i recommend the latter :D
navigations are above.
just hover over david desrosiers, jeff stinco, pierre bouvier, sebastien lefebvre and chuck comeau.
Friday, February 6, 2009
First class.. Potion. 1st.
Cassie asyik membantu gadis berbadge ular perak itu mengaduk cairan yang ada di dalam kuali berpantat besar itu. Ia menyadari banyak sekali bau tidak enak dimana-mana. Tapi--Cassie rasa, Cassie pernah mencium yang lebih bau daripada ini. Umm--seperti bau masakan yang kelewat matang, atau sebut saja,
'gosong', yang dimasaknya. Hihihi. Ampun deh~ kau ini wanita atau bukan, Cass?
Cassie sempat melirik semua temannya. Semua asyik mengaduk cairan yang kelihatannya sama, dan bahkan, beberapa orang sudah menyerahkan isi cairan itu kepada Profesor Horace itu, err--boleh tidak kalau Cassie memanggil Profesor itu dengan nama depannya? hehehe. Tak ada satupun yang tidak mengerjakannya, kecuali gadis kecil berawakan Yunani itu! Cassie tidak mengerjakannya, dan
malah mengaduk ramuan orang lain? Ya ampun! Cassie! Kau tak mau ada panggilan melayang ke rumah Paman Ren, kan? Eh--di dunia sihir, kalau tidak mengerjakan tugas, ada panggilan tidak? Kalau iya, berarti akan merepotkan, dong! Karena Paman Ren, dan Bibi Zi harus menerobos dinding peron, antara peron 9 dan peron 10. Aduh! Jangan ada panggilan, ya? Err--Hogwarts, kan bukan St. Maria--sekolahnya dulu, yang selalu melakukan panggilan saat ada anak yang tidak mengerjakan tugas.
Uhuk..Uhukk..
Cassie terbatuk kecil. Ternyata baunya menyengat juga, ya? Cassie jadi semakin malas mengerjakan ramuan ini. Umm--ia menghentikan adukannya, dan sedikit memiringkan badannya, berbicara pada anak yang sepertinya bernama, Aileen itu--tuh! ada di seragamnya--namanya itu.--"Umm--Aileen, Cassie mau membuat ramuan dulu. Cassie tak mau membuat Profesor Horace--err, Slughorn, marah. And--Bye!" ucapnya riang seraya melambaikan tangannya ke arah gadis Sli-litan, eh, Slytherin itu. Ia kembali ke mejanya. Menyiapkan dirinya. Dan membolak-balik buku Ramuannya yang setebal buku Sejarah Romawi-nya di St. Maria. Ia mencari subbab mengenai Ramuan Penyembuh Bisul, dan--Aha! Ini dia! Ketemu! Cassie mengambil semua yang dibutuhkannya, dan melihat semuanya. Kerjanya hanya mengangguk-angguk tanpa sebenarnya mengerti maksud dan tujuan ramuan itu. Dasar, Cassie!
BAHAN-BAHAN:
1. Dried nettles – Jelatang yang sudah dikeringkan
2. Crushed snake fang – Taring ular yang sudah dihaluskan
3. Stewed horned slugs – Siput bertanduk yang sudah direbus
4. Porcupine quills – Duri landak
Gadis mungil itu mengambil seluruh keperluannya, dan terkadang sedikit mengulang cara pelafalan nama bahan yang tertera di bukunya itu. "Err--Powrkyupiene quiells" pelafalannya semakin aneh kalau ia memasukkan logat yunaninya dan membacanya selayaknya ia membaca banyak nama di buku Sejarah Romawi. Hihihi. Ia terkikik geli saat mendapati nama lucu kalau ia yang mengatakannya, dasar, Cassie! Cassie sudah menyiapkan semuanya. Semuanya sudah ada di atas mejanya, dan sekarang kursinya penuh, eh. Cassie membawa banyak buku yang seharusnya tidak dibawa, karena kesiangan! Jadi--sekarang gadis itu tak bisa duduk deh. Huff. Tapi--yang ada hanya,
taring ular yang masih utuh,
sipuk bertanduk yang masih keras, dan duri landak. Beruntung--duri landaknya tidak harus diapa-apakan. Kalau sampai iya, Cassie bisa kehabisan waktu kalau begitu!
Ia menggulung lengan jubahnya sampai sikunya masing-masing di kanan-kirinya.
Here we go!Ia mengambil taring ular yang masih utuh itu, dan mulai memukul-mukul taring ular itu dengan apa saja yang keras, seperti bukunya. Eh--tapi, ya ampun! Kan ada lumpangnya, dan juga ada alu untuk menumbuknya supaya halus. Aduh! Dasar, Cassie! Ckckck. Bukunya sudah terlanjur sedikit rusak dan taring ularnya juga sudah sedikit halus. Ia menghentikan pekerjaannya yang sangat bodoh itu, dan kemudian beralih pada siput bertanduk yang masih keras itu. Ia menyingkirkan taring ular halus itu dan mengambil sipu tanduk itu. Cassie bingung apa yang harus dilakukannya, supaya siput itu bisa melunak, dan--katanya.. DIREBUS. Yihii~ Cassie mengambil kuali berpantat hitamnya, dan meletakkannya di atas kompor yang sejak tadi masih dalam keadaan mati di depannya. Membungkuk sedikit, mencoba menyalakan apinya, dan WHOOAAA~
--apinya nyala terlalu besar. Cassie sampai kaget! Tanpa menunggu, Cassie langsung mencoba mengecilkan nyala apinya. Fuh--beruntung! Untung saja, tingkahnya tak membuat kelas Ramuan kebakaran. Hehehe.
Cassie menambahkan air secukupnya ke dalam kuali hitamnya itu, dan memasukkan siput tanduk yang masih sangat keras itu kedalamnya. Cassie hanya diam, menunggu siput tanduk itu selesai direbus. Gadis dengan tinggi 138 sentimeter itu berbalik bersandar pada mejanya. Berhubung tidak bisa duduk, Cassie harus rela menunggu seraya berdiri seperti itu.
1 menit...
2 menit...
5 menit... CESS!!
WHOOAAA~
Tangan Cassie terkena pinggiran kuali. Panas sekali! Aduh. Huh--huhh--huhh. Cassie meniup-niup tangannya yang terasa panas dan sekarang memerah. Kualinya panas sekali. Tapi--apa itu berarti siput tanduknya sudah waktunya diangkat, eh? Gadis itu kembali berbalik. Berhadapan dengan kuali pantat hitam itu dan melirik siput tanduk yang ada di dalamnya. Dan--lihat! Benar. Siput tanduk itu terlihat seperti sudah matang. Hehehe. Cassie bermaksud mengambil siput tanduk itu dari kualinya, tapi--gadis itu melirik ke arah bukunya yang terbuka lebar. Membaca instruksi selanjutnya.
CARA MEMBUAT:
1. Nyalakan api di bawah kuali. Hijau Kemerahan.
2. Masukkan bahan-bahannya sesuai takaran. Jelatang, siput dan taring ular. Semuanya harus sudah berupa bahan jadi.
3. Aduk searah jarum jam lima belas kali, ramuannya akan berwarna hijau tua.
4. Tambahkan adukan berlawanan arah jarum jam tiga kali, ramuanmu akan memucat. Teruskan hingga ramuanmu menjadi encer dan berwarna hijau amat pucat.
Cassie mengurungkan niatnya. Memilih untuk sedikit menambah air ke dalam kualinya, dan kemudian bermain dengan nyala apinya. Mencari warna api sampai hijau kemerahan. Umm--DONE.
Ia mengambil jelatang, taring ular, dan duri landaknya ke dalam kualinya. Cassie mengaduk ramuannya searah jarum jam sebanyak lima belas kali. Sesuai dengan yang diperintahkan di buku, rite? Ehehe. Cassie mulai menghitung dengan riang. "Satu... Dua... Tiga..--" gadis itu terus menghitung banyak adukannya. Ingat, lima belas kali! "--tiga belas.. empat belas.. lima belas.. SELESAI!" ucapnya riang seraya menarik adukannya dari dalam kuali. Umm--warna ramuannya jadi hijau tua. Umm--apa seperti ini, ya, warna yang diinginkan Profesor Horace? Cassie mengerutkan dahinya. Melirik bukunya, dan--BENAR. Warnanya memang akan menjadi hijau tua. Cassie tercengir geli. Hehehe. Begini deh, kalau ia tak biasa membaca buku. Fufufu. Mohon pengertiannya!
Oho! Sekarang seharusnya ia kembali mengaduk, rite? Berlawanan arah jarum jam, err--berapa kali? TIGA. Yep. Ia kembali memasukkan adukkannya ke dalam kuali besar itu, dan mengaduknya berlawanan arah dengan yang dilakukannya sebelumnya. "Satu.. Dua.. Tiga! Cukup!" ucapnya sendiri--riang! Well. Lihat! Warna ramuan Cassie jadi pucat dan kental. Dan--err, SEPERTI YANG DIINSTRUKSIKAN DI BUKU! Berarti Cassie benar? Ehehe. Ia melanjutkan kegiatan mengaduknya. Ia bersiul-siul riang seraya mengaduk ramuannya. Uhum. Ia bisa menghentikan adukkannya, kalau ramuannya sudah encer dan berwarna hijau pucat, rite? Yep. Seperti tertulis di buku. OK. Cassie akan terus mengaduknya.
...........................
Sudah cukup lamakah Cassie mengaduk? Umm--sepertinya sudah. Buktinya, Cassie sudah merasa pingganggnya pegal, dan kakinya juga. Ia menjulurkan kepalanya, dan mengintip ramuannya. Sudah encer dan berwarna hijau pucat. Yes, berarti sudah selesai! Asyik! Gadis itu terus tersenyum seraya menuangkan beberapa liter ramuannya ke dalam botol kosong yang ia dapat saat membelinya di toko Kuali saat di err--Diagonalle. Menutupnya. Dan kemudian--menorehkan tinta pada secari perkamen yang kemudian ia tuliskan namanya.
another day, another casualty
5:29 AM