Sunday, April 5, 2009
UPDATE time!!
Wah, sepertinya saya sudah cukup lama tidak meng-update blog saya ini. Hehehe. Yeah, apa boleh buat, ada banyak kendala yang memungkinkan saya untuk tidak membuka blog saya ini.
Satu, saya sedang dilanda WB, dan DB di sepanjang maret. Dua, spidi yang minta dihajar membuat saya berpikir dua kali untuk pergi ke warnet. Tiga, saya sempet lupa dengan passnya. :D
OK. Sekarang, dengan posting saya ini, saya nyatakan kalau, SAYA TELAH MENG-UPDATE BLOG INI.
*dugdugdug, ketok palu*
another day, another casualty
2:38 AM
Wednesday, February 25, 2009
essai herbologi 1st grade..
Aconite termasuk kedalam famili Ranunculaceae yang biasanya tumbuh dipegunungan Eropa, Rusia, dan Asia Tengah. Nama lain dari aconite adalah monkshood; wolfsbane; blue rocket; atau friar’s cap. Tanaman ini bisa dimanfaatkan dalam pengobatan Homoeopathic yang dilakukan oleh muggle, tanaman ini diindikasikan untuk: takut yang tidak beralasan; terpapar udara dingin dan kering, penyakit akut yang tiba-tiba dan hebat, kurang istirahat, restlessness, kebas dan menggelenyar tingling. Tanaman ini memiliki kadar racun yang cukup tinggi sehigga saat memetiknya perlu mengenakan sarung tangan naga.
Racun yang diekstrak dari tanaman ini bahkan sanggup membunuh serigala jadi-jadian dan menjadi bahan utama dalam Ramuan Wolfsbane. Aconite memerlukan pengolahan yang hati-hati agar penyihir yang hendak memanfaatkannya ke dalam ramuan tidak malah terkena racunnya.
Echinaceaetanaman Echinaceae purpurea yang berasal dari Amerika Utara yang digunakan oleh orang Indian untuk menurunkan demam dan gangguan saluran pernapasan dikenal sebagai immune tonic. Komponen aktifnya adalah Echinacin yaitu suatu polysaccharide dan Cichoric acid suatu Glycosida. Dari hasil penelitian lebih dari 200 peneliti, ekstrak Echinaceae memiliki daya immunostimulan seperti ekstrak Andrographis yang meningkatkan kerja sel darah putih dengan menghambat kerusakan dinding sel, sehingga zat beracun tidak mudah menembus dinding sel.
Echinaceae dikenal paling efektif memerangi segala jenis infeksi dan bermanfaat untuk :
-Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit.
-Menjaga tubuh tetap segar dan bugar.
EucalyptusEukaliptus, merupakan tanaman yang berasal dari Australia dan dapat ditemukan di belahan dunia selatan seperti Filipina, Indonesia, dan Papua Nugini. Meskipun Eukaliptus adalah termasuk tanaman yang selalu hijau tiap tahunnya, tetapi tidak ditemukan di suatu belahan dunia mana pun komunitas yang begitu lebat dan subur selain di Benua Australia. Tanaman ini telah beradaptasi dengan iklim di Australia sehingga Eukaliptus asal Australia-lah yang paling bermutu baik.
Eukaliptus berguna untuk pewangi dan pembersih untuk karpet-karpet bau apek. Tinggal disemprotkan dan kau pasti bisa segera menjamu tamu. Tanaman ini juga berguna untuk makanan binatang yang terkenal di kalangan para Muggle, koala. Koala memang binatang khas Australia, tidak heran mereka sangat gemuk-gemuk dengan Eukaliptus yang tumbuh dengan baik di benua itu. Eukaliptus juga berguna untuk bahan furnitur mini, meskipun tidak begitu kuat. Dan berguna juga untuk membuat minyak essens untuk disinfektan.
Nektar dari daun Eukaliptus berguna untuk menghasilkan madu monofloral berkualitas tinggi. Kayu Eukaliptus juga dapat digunakan sebagai hiasan rumah di dalam maupun di luar, timer, kayu bakar, dan kayu pulp.
Minyak Eukaliptus yang telah didistilasi kukus dari daunnya, bahkan dapat digunakan sebagai suplemen makanan (dalam jumlah yang sedikit tentunya). Minyak eukaliptus juga memiki sifat menolak serangga, dan telah digunakan sebagai bahan dari penolak nyamuk komersial.
Tetapi tanaman ini sangat mudah terbakar. Dalam cuaca panas, tanaman ini dengan mudah terpanggang sinar matahari dan terbakar. Dan apinya dengan mudah menyebar. beberapa jenis pohon Eukaliptus juga diketahui dapat meledak. Namun, di dalam cuaca panas itu pula, minyak Eukaliptus yang menguap dapat memberi kesan kabut biru.
Namun dilarang keras melahap Eukaliptus mentah-mentah. Karena zat di dalam kayu ini beracun. Hanya koala dan beberapa serangga yang dapat menetralisirnya.
Kacang Saphophorus Secara fisik, kacang Sophophorus berupa tanaman polong yang melilit pancang setinggi 40 cm, dengan daun yang mengumpul tiga-tiga berbentuk kurus, keriting dan panjang, dan polong gemuk sepanjang masing-masing sepuluh cm, tergantung berkumpul tiga-tiga. Dalam ramuan, bagian yang digunakan adalah kacangnya.
Kacang Sopophorus adalah salah satu elemen dalam ramuan Tegukan Hidup Bagai Mati . Efek kacang ini seperti pemberian anastesi atau pembiusan sehingga penyihir dapat merasa mati rasa sesaat. Bagian yang diperlukan dalam Ramuan tersebut dari kacang ini adalah cairan yang terkandung di dalamnya. Cairan dari kacang ini dapat dihasilkan secara maksimal dengan cara menggerus kacang dengan sisi pisau belati perak. Sebagaimana tanaman lain yang bermanfaat bagi ramuan, untuk mendapatkan kacang sophophorus yang berkualitas memerlukan penanganan ekstra hati-hati.
Sopophorous berfungsi untuk mengendurkan penjagaan memori dan membuat tidak sadarkan diri. Mengeprek kacang sopophorus akan menghasilkan cairan sari yang lebih banyak dibanding hanya memotong dan mengambil sarinya.
Jerat Setan Jerat Setan adalah tanaman yang takut pada cahaya. Tanaman ini juga suka menjerat orang didekatnya, tanaman ini makin menjerat jika orang itu meronta-ronta, orang itu bisa lepas jika ia bisa bersikap tenang. Atau bisa juga dengan memunculkan cahaya pada tanaman itu.
Jerat Setan termasuk tanaman yang cukup berbahaya. Jerat Setan tidak menyukai apapun yang terang --api, sinar matahari, dan sebagainya. Jerat Setan hidup di tempat yang lembab dan gelap. Wujudnya seperti tanaman bersulur biasa, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa itu adalah Jerat Setan sebelum tanaman itu menjerat mereka. Tanaman yang berukuran besar lebih mudah dikenali karena sulurnya sangat banyak. Jika dalam ukuran yang kecil, biasanya sering disangka sebagai tanaman bersulur biasa. Jadi, hati-hatilah, karena tanaman ini bisa menjerat makhluk hidup --bukan hanya manusia-- sampai mati karena kehabisan napas. Bila menemukan tanaman ini, jangan lupa untuk menyalakan api.
DittanyAda dua jenis Dittany yang paling umum dikenal, yaitu Dittany of Crete (Origanum dictamnus) dan White Dittany (Dictamnus albus). Secara fisik, dua tanaman ini memiliki ciri-ciri yang hampir sama.
- Dittany of Crete (Origanum dictamnus)
Sesuai dengan namanya, tanaman ini umum ditemukan di Pulau Kreta, Yunani. Bagi orang Yunani, tanaman ini melambangkan kelahiran dan cinta. Tanaman ini tumbuh di setiap tebing pegunungan batu yang ada di pulau tersebut. Tanaman ini digunakan dalam pengobatan Yunani untuk perawatan sakit perut dan gangguan pencernaan, juga merawat dan menghilangkan luka terutama akibat sayatan.
Pemanfaatan lain dari tanaman ini yaitu dalam ramalan dan berhubungan dengan roh. Tanaman ini digunakan sebagai sesaji dan mengakibatkan roh memunculkan dirinya menjadi asap (yang dapat dilihat). Pada titik ekstrim pemanfaatan tanaman ini, Dittany dapat menyebabkan keguguran janin sehingga sangat disarankan untuk dijauhkan dari wanita yang sedang hamil dan mereka yang ingin mempunyai keturunan.
- White Dittany (Dictamnus albus)
Tanaman ini memiliki nama lain sebagai ‘Dittany yang Keliru’. Alasan mengapa tanaman ini memiliki nama lain seperti itu karena tanaman ini tidak memiliki hubungan dengan Dittany of Crete. Tanaman ini bisa dikatakan hanya sedikit sekali memiliki sejarah sebagai pengobatan.
Demikianpun, tanaman ini memiliki manfaat menyembuhkan sakit kepala ringan, menetralkan racun, dan menyembuhkan demam. Akarnya juga dikenal sebagai obat epilepsi. Diduga tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai bahan dalam Ramuan Penenang karena tanaman ini tidak jarang dimanfaatkan untuk mengatasi kasus hysteria atau kasus-kasus lain yang berkaitan dengan susunan syaraf.
another day, another casualty
8:10 PM
3rd class.. Herbology.. 1st grade
”Sudah kukatakan kalau kau takkan bisa berada di Hogwarts! Kau terlalu bodoh, Andy! Mengerjakan Astronomi saja—kau tidak bisa! Apalagi belajar Herbologi? Haha. Jangan buat aku menangis karena membaca suratmu! Pelajaran lainnya akan jauh lebih sulit daripada pelajaran di sekolah wanita—St. Maria—mu itu! Terlebih lagi—kau bodoh! Huh—kupikir Hogwarts benar, dengan memilih orang-orang untuk bersekolah di sekolah paling ternama itu! Tak tahunya—cih! Muak aku mendengarnya! Orang bodoh sepertimu! Manja! Menyebalkan! Bisa masuk Hogwarts? Seharusnya kau MALU, And!—kau tak pantas ada di sana!”Gadis manja itu hanya diam dan hampir menangis karena ucapan yang keluar dari surat merah itu, eh, surat bisa bicara? Err—namanya apa, tadi? Cassie lupa. Ehm—Hogler, eh, Browler, eh, err—Howler? Hwaa~ Cassie lupa namanya. Yang bisa Cassie jelaskan hanya—surat itu, err—ralat, maksudnya, amplop merah itu—bisa bicara saat Cassie mencoba membukanya. Amplop itu terbuka sendiri dan mulai bersuara seperti Alan—adiknya yang berambisi sekolah di Hogwarts—dan memaki-makinya PERSIS seperti Alan. Ya ampun, err—Howler itu benda sihir juga? Yang dimiliki Paman Ren dan Bibi Zi? Alan menggunakannya karena merasa perlu memaki-makinya sesaat setelah gadis berusia 11 tahun itu mengirim surat mengenai kelas Astronominya yang cukup berantakan karena ulahnya? Terkadang surat itu juga me
nyipratkan air—yang dipikirnya adalah ludah, karena keluar dari mulut amplop yang bisa bicara itu—saat memaki-maki dan terus memojokkannya hingga sekarang gadis itu duduk dengan kedua kaki membentuk huruf “M”—dan punggung tersandar di dinding hitam asramanya.
”Kau takkan bisa ada di sana lebih lama, tanpa aku! Kau takkan bisa, And! Kau hanya gadis bodoh yang bisanya hanya mengandalkan senyum PALSU dan tampangmu yang cukup-lumayan itu. Aku tahu! Aku sudah mendapat daftar pelajaranmu selama kau di Hogwarts! Sebentar lagi, kau di kelas Herbologi, rite? Ukh—bloody hell! Jangan berlagak bodoh, mulai dari sekarang—kau harus ingat aku sudah berumur 9 tahun, dan dua tahun lagi, aku akan masuk Hogwarts—kau TIDAK BOLEH bertindak bodoh dan memalukan, karena mereka akan selalu mengingat nama belakang Ayah itu—Stoone. Dan, mereka takkan segan-segan mengejekku sesuka hati jika mereka melihat nama di jubahku, yang juga bernama sama sepertimu! Yaks!
Oh—no! Sekarang amplop itu benar-benar meludahinya. Huff. Untung saja—gadis berawakan Yunani itu tak benar-benar berada di depan amplop yang sedari tadi memaki-makinya saja. Keberuntungan dibalik kesialan, eh?
”Kelas Herbologi takkan dilakukan di dalam kastil. Oh—bodohnya aku karena tak menjelaskan pada kakakku yang bodoh ini—mengenai pelajaran Herbologi. OK—Herbologi itu pelajaran mengenai tanaman sihir. Kau akan tahu lebih jelasnya dari kepala asramamu, Pomona Sprout—yang juga guru Herbologi. Well. Sekalipun Prof. Sprout adalah kepala asramamu, jangan harap dia memberikan sedikit perlakuan hangat pada murid asramanya, ia tak pandang bulu—kau akan terkena detensi kalau kau macam-macam. Dan—sekarang! Kuingatkan kau, JANGAN BERTINDAK BODOH!” Now—surat—err, amplop itu
menyobek-nyobek sendiri. Menghancurkan kertas merah itu seorang diri. Tanpa harus menunggu tangan tidak-ada-kerjaan, atau tangan mungilnya menyambar amplop merah itu. Sobekan-sobekan amplop itu berjatuhan di depannya, tanpa menyisakan satu bagianpun. Semuanya terpisah! Cassie hanya diam. Matanya terbelalak tak percaya. Gadis itu hanya duduk mematung. Dua kali ketipan mata Hazel terangnya, membuat gadis itu kembali tersadar, dan kembali menyeruakkan ke seluruh isi kamarnya, dengan suara indah gadis itu. “I..i..ini! KEREN!” ucapnya spontan dengan suara yang mungkin saja bisa membuat kucing Persia yang ada di pangkuannya—vanila—kembali ketakutan karena mendengar suara keras lagi. Kucing itu kembali meringkuk di atas pahanya yang tertutupi oleh rok hitam selutut miliknya. “Oh—maaf, vanilla! Cassie.. Cassie.. tak percaya!” gadis itu kembali memeriahkan hatinya—dengan suara indahnya. Vanila kembali mengangkat wajah
penyoknya yang sedari tadi tertelungkup di antara paha mungilnya. “Kau lihat? Amplop tadi bisa bicara—bahkan sampai bersuara seperti Alan, err—kau merindukan Alan, vanila?” ucapnya seraya menatap dua bola mata kuning milik kucing itu yang baru sesaat lalu memancarkan ketakutan, dengan membuat garis hitam pada bulatan kuning matanya. “Meongg~” vanilla mengeong riang seraya berdiri dari pangkuannya. Mengitari gadis kecil itu seraya terus-terusan mengeong—berisik. “Hihihi. Merindukan Alan atau Mozzie? Umm—kalau memang benar itu Alan, berarti—ia benar-benar akan masuk err—Hogwarts—dua tahun lagi. Tepat pada ulang tahunnya yang ke-11, rite?” ucap gadis itu riang seraya mencoba bangun dari duduknya yang mulai terasa pegal, dan menggoda Vanilla dengan embel-embel nama Mozzie—Anjing Buldog warna biru-hitam, milik Alan, yang cukup berteman baik dengan vanilla yang jelas terlihat adalah seekor kucing, aneh, eh? Hahaha.
Bola mata Hazelnya terbelalak ketika menyadari jarum panjang di jam merah-mudanya, yang sudah menunjuk angka dua-belas, dan jarum pendek yang terarah tepat di angka sembilan. Hwaa~ Ada kelas! "Vanilla,
my dear, Cassie harus ke kelas sekarang. Sudah terlambat—err, mungkin. Hehehe. Umm. Kau mau berjanji takkan mencakar dan menggigiti sofa ruang rekreasi dan kasurku?" ucapnya manis seraya mengangkat tubuh gembul kucing persia itu—dengan kedua tangan mungilnya. Ukh. Benar-benar berat, eh, sebenarnya berapa berat Vanilla sekarang? "Miaaww~" lucunya—kucing itu menjawab dengan diikuti loncatan keras dari tangannya ke atas kasurnya yang Cassie akui—masih berantakan. Gadis itu mengambil seluruh buku-bukunya, serta beberapa carik perkamen, yang sudah tersedia di samping kasurnya. Meraih dua pena bulu Meraknya. Mengambil tongkat Holly yang cukup-lumayan pendek itu, dan menjatuhkannya di atas sakunya, hingga kini saku jubahnya yang kebesaran itu diisi oleh sebuah tongkat cokelat sepanjang dua-puluh-enam itu. Jemari mungil gadis itu meraih jubahnya yang super besar itu, dan menggantungkannya di atas tangannya yang sengaja ia tekuk agar bisa menggantung jubah itu. CUP. Gadis itu mengecup muka
penyok vanilla dan mengacak-acak bulu-bulu putih vanilla yang sudah rapih pagi tadi—dan harus berantakan lagi. Gadis berawakan Yunani itu tersenyum riang seraya melompat-lompat kecil keluar kamar dan asramanya yang hangat dan tenteram itu.
...
Err—apa tadi amplop merah yang sibuk memarahinya menyebutkan dimana letak kelas Herbologi? Umm.. TIDAK! Oh—GOSH! Cassie tak mau kalau harus keliling lingkungan err—Hogwarts hanya untuk mencari kelas Herbologi—seperti halnya yang ia lakukan saat mencari kelas Terbang yang jelas-jelas dilaksanakan di Lapangan Quidditch.
Gadis itu menggaruk kepalanya yang SEJUJURNYA tidak gatal. Matanya ketip-ketip tak jelas ke seluruh isi aula depan yang nampak sepi. Umm.. Cassie tidak mau tersasar atau bertindak bodoh lagi! Cassie sudah berjanji takkan bertingkah bodoh lagi—pada Alan, eh, memangnya, Cassie benar-benar sudah berkata kalau ia akan berjanji? Cassie lupa! Ia berjalan kesana-kemari tak tentu arah—hanya untuk mencari seseorang yang mungkin bisa membantunya hadir di kelas Herbologi. Tidak ada. Eh—tidak ada. Ukh. TIDAK ADA. Hwaaa~ orang-orang di sekolah ini tidak ada yang ke aula depan, eh? Kenapa sedari tadi tak ada orang? Cassie berjalan mengikuti seseorang yang-entah-namanya-siapa, yang baru saja keluar dari aula besar, dan membawa beberapa buku berat.
Itu—orang itu mau ke kelas Herbologi juga, eh . Tanpa banyak pikir—Cassie mengikuti laju anak itu dari jauh. Mengendap-endap seperti
maling dan mengambil langkah kecil-kecil agar tidak bisa disadari orang itu. Sesekali kedua tangan anak itu terangkat—menutup mulutnya karena harus menahan kikikan geli yang selalu saja ingin keluar dari kerongkongannya. "Hmph—" kali ini ia benar-benar ingin melepas kikikannya, dan tertawa, tapi—tidak bisa. Bisa-bisa, Cassie dibilang macam-macam oleh orang itu.
Entah mau kemana orang itu, dan entah kenapa Cassie mengikuti orang itu—orang yang berjubah dan tinggi itu membawanya ke bagian belakan err—Hogwarts, dan "WHOOOAAA~ i...itu.. RUMAH KACA,
kan?" bodoh. Ia bahkan dengan mudahnya melepas kedua tangannya—dan berteriak histeris seperti itu. Cassie tak peduli dengan respon orang itu—yang ada kemungkinan terkejut karena mendengar teriakan
norak milik gadis berambut semi-ikal pendek itu. Cassie pernah berharap bisa belajar di sebuah rumah kaca, dan—sekarang lah waktunya! HOREE! Tanpa tunggu waktu lagi—gadis itu berlari mendekati rumah yang hanya kaca itu dan menghiraukan rok hitam selututnya yang berkibar diterpa angin. Wuih~
Cassie main masuk ke dalam kelas itu—dan mengambil tempat yang paling nyaman. "Huff—tidak terlambat! Baguslah!" ucapnya riang seraya menghela nafas penjang dan membuka jubahnya—memasangkannya di bahu mungilnya. Ready—started now!
"Selamat pagi, anak-anak! Selamat datang ke Kelas Herbologi pertama untuk kalian. Perkenalkan, namaku Profesor Pomona Sprout. Kepala Asrama Hufflepuff, dan akan menjadi pengajar Herbologi kalian selama beberapa tahun ke depan,"Cassie mengangguk tajam saat mendengar penjelasan dari Profesor Pomona itu—eh, langsung memanggil dengan nama depan, Cass? Hihihi. Lebih enak memanggil nama depan, rite? Cassie bisa melihat begitu banyak tanaman-tanaman aneh yang ada di sekelilingnya. Wow! Persis seperti yang dikatakan surat merah tadi pagi—itu!
"Ada yang tahu Herbologi itu apa? Tidak? Baiklah. Herbologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tanaman, baik tanaman sihir atau bukan. Hampir semua tanaman sihir memiliki khasiat tersendiri, dan biasanya digunakan sebagai bahan ramuan. Herbologi mempelajari bagaimana cara merawat tanaman-tanaman tersebut, ciri-ciri fisiknya, beracun atau tidak, serta apa kegunaannya,”"Whooaaa~ persis seperti kata Alan," teriaknya tanpa sadar, dan—mengapa nama Alan yang disebut? Memangnya yang bicara di surat merah tadi pagi itu, Alan? Tapi—itu kan surat, bukan Alan. Cassie cengir-cengir sendiri—memamerkan gigi putihnya yang setiap malam dan sehabis makan, rajin disikatinya. Gadis itu kembali mengarahkan pandangannya pada Prof. Pomona, oh~ WAKE IT! Keren. Kapurnya melayang dan menulis sendiri! Cassie ingin tahu bagaimana caranya. Mata Hazel terang gadis itu terbelalak—mulutnya terbuka penuh membentuk huruf O besar dan sebisa mungkin tangan mungilnya ia angkat untuk menutup mulutnya—nanti dimasuki lalat atau serangga kecil yang bisa terbang lainnya, lho! Cassie berhasil menutup mulutnya dengan kedua tangannya—walaupun matanya masih terbelalak tajam menatap tiap gerakan yang dibuat kapur itu. OH. Kapurnya berhenti menulis. Apa tulisannya?
Diskusikan ciri-ciri fisik, manfaat atau karakteristik dari tumbuhan di bawah ini:
Aconyte
Echinaceae
Eucalyptus
Kacang Sopophorus
Jerat Setan
Dittany
Eh? Apa itu semua? Nama tanaman? Obat? Akh—Cassie tak mengerti! Cassie mengerutkan dahinya—menyatukan alis tipisnya yang sejak lahir sudah terpisah. Meletakkan kembali tangannya yang sedari tadi terangkat menutupi mulutnya. Cassie kembali beralih menatap Profesor Pomona, "Umm—" ucapannya terpaksa terhenti karena Profesor bertubuh gemuk dan memakai topi dan pakaian compang-camping itu—mulai melanjutkan ucapannya. Ekh—tunggu! Buat kelompok? Err—Cassie belum kenal banyak anak. Kecuali—Oberon, Aileen, Sheena, dan mungkin beberapa yang ia lupa namanya. Huhuhu. Jadi—bagaimana dengan tugas Cassie? Eh—tunggu! Tadi—katanya, ini semua ada di bukunya, rite? Kalau begitu... Cassie membolak-balik halaman bukunya, mencari subbab mengenai tanaman yang namanya susah itu. "Ketemu! Ini dia!" ucapnya riang seraya berteriak, dan melempar jari telunjuknya ke halaman dengan awal tulisan,
Aconyte, dan
Eucalyptus, dan beberapa yang disebutkan disana. "Ini—ini—dan, Ini. Ada semuanya!" ucapnya riang setelah berhasil menemukan semua subbab yang ia cari.
Tapi—dengan siapa ia harus mengerjakannya? Kan—berkelompok! "Ada yang mau berkelompok dengan Cassie,
please!" ucapnya dengan wajah memelas kepada seluruh anak yang ada di rumah kaca itu. Cassie masih melakukan 'ekspedisi pencarian teman baru'—jadi kalau bisa, Cassie mau dari asrama yang berbeda dengan Cassie. Hihihi.
another day, another casualty
8:04 PM
2nd class.. Astronomy.. 1st grade.
"Diam, Vanila!" bentak gadis kecil itu pelan seraya mencoba mengangkat wajah
penyok vanila yang semakin hari terasa semakin berat saja, eh, apa Cassie yang semakin kecil, ya? Hihihi. Mana mungkin~ eh, berarti, vanila bertambah besar, dong! Asyik! Bisa tidak, ya, vanila tumbuh jadi singa betina yang cantik, eh. Apa mungkin kucing persia tumbuh menjadi singa? Bagaimana rupanya, ya? Hahaha.
"Meongg!! Meong!" vanila terus-menerus mengeong apabila diajak bicara Cassie. Tidak bisa bicara, eh, memang iya, ya? Hihi. Sebenarnya vanila itu kenapa sih? Sejak tadi hanya mengeong dan tak mau turun dari pelukannya? Cassie sudah sengaja mengusap-usap bulu putih bersih kucing itu supaya kucing itu mau tidur, tapi--kenapa tetap tak mau tidur, sih? Cassie jadi bingung. Kening gadis itu berkerut, menautkan kedua alis tipisnya yang tanpa riasan dan masih dengan wambut semi-ikal yang terkuncir manis di belakang kepalanya. "Vanila.. mau minum? Eh--tapi, kau sudah makan, kan? Kau tak boleh makan atau minum terlalu banyak, kau bisa sakit" jelas gadis berawakan Yunani itu sambil terus mencoba mengangkat kepala kucing putih itu yang masih tetap saja sulit dan berat. "Meong~" lagi--vanila hanya mengeong. Apa mau vanila sih? Tidak pernah sebelumnya ia seperti ini. Umm--maksud Cassie, vanila tak pernah se-
rewel ini. Ia selalu tenang kalau sudah berada di pelukan gadis itu dan terkadang malah tertidur. Cassie mengurungkan niatnya untuk menurunkan vanila, dan justru dirinyalah yang meletakkan bokongnya di atas kotak empuk berwarna putih--kasur. Vanila menggetarkan badannya, berulang kali. Bulu-bulu putih halus yang ada di ekornya berdiri. Vanila sakit? Ya ampun~ panggil ambulans, panggil dokter, panggil, eh, disini kan tak ada ambulans, tak ada dokter, eh--masa' sekolah sebesar ini tak punya dokter sih? Tapi--Cassie perlunya dokter hewan, bukan dokter untuk Cassie.
Vanila masih bergetar hebat, sampai akhirnya--terdiam. Vanila tak bergeming. Pertur gendutnya, serasa semakin pelan untuk harus naik-turun. "Vanila!!" teriaknya parau. Sekarang, ia gelisah bukan-main. Ia tak tahu harus dibawa kemana vanila. Ini pertama, eh, kedua kalinya vanila sakit. Ia gelagapan sampai akhirnya bingung sendiri. Ia meletakkan vanila di kasurnya, yang sedang melingkar. Ia masih saja berlari kesana kemari sampai akhirnya.. "Meong!!" eh, vanila--bersuara lagi? Berarti yang tadi--vanila tidur? Ya ampun! Ckck. Cassie bodoh, ya! Hihihi.
Cassie mendesah pelan. Ia mengambil segulung perkamen, satu botol kecil tinta hitam, perkamen bulu Meraknya, dan juga tiga buah buku hitam tebal. Saatnya ke kelas. Dan--kelas Astronomi. Salah satu pelajaran yang tidak asing baginya, karena di St. Maria, ia sudah mempelajarinya, yeah--walaupun ia tak pernah mendapat A di pelajaran itu. Tahu? A di St. Maria itu bagus. Sama artinya dengan Perfect. Umm--kalau di err--Hogwarts, Cassie tak tahu. Huruf apa yang paling bagus. Hohoho.
Cassie keluar perlahan dari kamarnya. Ia terus menoleh ke arah vanila, walaupun ia sudah ada di depan pintu, dan alhasil...
BUKK..
Pintu--dahinya terbentur sampai mungkin agak biru sekarang, dan...
GUBRAKK!
Cassie terjatuh, karena tali sepatunya belum diikat dengan benar. Aduh~ Sekarang bokongnya kembali harus menempel dengan lantai hitam penuh debu kamar itu. Coba hitung sudah berapa kali Cassie bertindak bodoh hari ini? Umm.. satu, dua, tiga, err--sepertinya sudah banyak, ya! Cassie terkikik kecil, dan kemudian mengikat tali sepatunya. "Umm--ini kesini, lalu, yang ini kesana. Sip! Beres" ucapnya seraya memutar-mutar tali sepatunya sampai akhirnya membuat sebuah simpul tali yang dinamakan simpul pita. Lucu, kan? Hahaha.
Lantai SatuCassie terhenti sejenak di depan sebuah pintu besar yang terdapat tulisan HosWing di atasnya. Tahu, HosWing itu, apa? Hospital Wings. Well. Itu rumah sakit, ya? Umm--sudahlah! Cassie sudah hampir terlambat. Mana kelasnya jauh sekali lagi. Di menara! Itu kan sangat jauh. Tambah lagi--dengar-dengar dari senior-senior musangnya, Menara Astronomi itu adalah menara paling tinggi. Hwaa~ Jauh sekali! Tidak ada jalan-pintas di sekolah ini, ya?
Lantai dua..
Lantai tiga..
Lantai lima..
Lantai tujuh...
And~ Menara.. Cassie harus menapaki kurang-lebih 5-6 lantai untuk bisa sampai ke kelas yang sepertinya sudah hampir dimulai itu. Keringat mengalir dari pelupuk dahinya, dan tangannya sudah mulai memerah karena keringat dan juga kelelahan menjinjing jubahnya yang kepanjangan. Oh~ No! Kelasnya bahkan sudah dimulai! Cassie sudah terlambat, ya!? Aduh! Cassie berjalan pelan memasuki ruangan gelap yang terlihat indah. Banyak bintang. Indah, kan? Tanpa sadar, gadis itu mendaratkan bokongnya di salah satu bangku dekat dengan seorang gadis Gryffindor--terlihat dari warna dasinya dan juga ada emblem di jubahnya--yang tampak lumayan
dingin untuk seorang gadis. Hehehe.
Cassie memperhatikan semua orang. Oh! Tadi ada pertanyaan, ya? Apa pertanyaannya--Cassie mendapati banyak siswa yang menjelaskan perbedaan astrologi dan astronomi. Umm--Cassie tidak tahu. Cassie hanya senyum-senyum malu saat mendapati semakin banyak saja yang menjelaskan mengenai itu. Ia menoleh ke perempuan di sebelahnya. Menepuk bahu gadis itu, dan kemudian tersenyum manis padanya. "Hi! Aku--Andromeda Cassie Stoone. Salam kenal,
please!" senyumnya merekah kepada gadis itu seraya mengulurkan tangan kanannya, mengharap jabatan tangannya diterima dengan baik. Well. Ia masih melakukan 'ekspedisi pencarian teman', lho! Hihihi.
another day, another casualty
7:59 PM
Sunday, February 8, 2009
Andromeda's profile at IH
[Nama -- Panggilan]: Andromeda Cassie Stoone -- Cassie/Andy(hanya adiknya yang memanggil dengan nama itu)
[Status Darah]: Muggle-born
[Tempat dan Tanggal Lahir]: London, 17 Juli 1968
[Suku Bangsa Karakter]: Inggris--Yunani
[Asrama]:
Hufflepuff[Tahun Masuk Hogwarts]: 1979
[Peliharaan]: Vanila--
kucing persia putih bersih dan lebat bulu-- dan Snowy--burung hantu putih bersih--
[Tongkat sihir]: Holly, 26 cm, inti kristalisasi air mata Phoenix
[Sapu terbang]: --
[Posisi di Tim Quidditch]: --
Latar Belakang Keluarga
[Nama Ayah]: Forencio Gordon Stoone--muggle born(alm)
[Nama Ibu]: Afrencila Fortessa Stoone--muggle born
[Nama Saudara]:
- Renzio Mordon -- paman, sekaligus wali, half-blood
- Zirensia Mordon -- bibi, half-blood
- Athena Chiquieta Stoone(19 y.o) -- muggle born(kakak)
- Clorenzo Meroza Stoone(17 y.o) -- muggle born (kakak)
- Silvester Dealan Stoone(9 y.o) -- muggle born (adik)
[Latar Belakang Keluarga]:
Keluarga Stoone awalnya adalah keluarga yang sangat unik dan damai. Kehidupan mereka berlangsung sangat damai selama kurang-lebih 2 tahun setelah Alan lahir. Namun--pada saat Cassie berumur 4, Forencio harus meninggal karena kecelakaan mobil. Sejak Cassie berumur 3 tahun, anak itu selalu tertimpa kecelakaan yang sangat-sangat tidak bisa diperkirakan, dan mereka menyebutnya KESIALAN. Saat Cassie berumur 9 tahun, Mom-nya, terpaksa harus pergi meninggalkan semuanya dan menitipkan mereka di rumah kakak dari Momnya yaitu, paman Ren dan bibi Zi. Sejak saat itu, hubungan antar Athena-Clorenzo-Alan dengan Momnya tak berlangsung baik. Mereka membenci Momnya sendiri, terkecuali Cassie. Cassie sama sekali tak pernah melihat kalau Momnya itu jahat atau semacamnya. Hubungan keluarga mereka memburuk ketika Cassie menerima surat dari Hogwarts yang sangat diidamkan oleh Alan-yang jauh lebih pintar daripada dirinya-. Alan sangat tidak menyukai kakaknya itu.
Data Personal
[Personaliti Karakter]: Senang tersenyum, tak pernah menangis, agak bodoh, nyaris tidak mempunyai urat malu dikarenakan tidak pernah berpikir untuk malu.
[Bakat dan Kekurangan] : edited soon
Keterangan Lain
- Lihai dalam memainkan alat musik seperti Piano, gitar, biola, flute, dan drum.
- Memiliki suara yang sangat-lumayan bagus.
- Nyaris tidak mengenal bahaya dan tidak peduli dengan makian atau ucapan kasar orang lain terhadap dirinya.
another day, another casualty
5:12 AM
Friday, February 6, 2009
First class.. Potion. 1st.
Cassie asyik membantu gadis berbadge ular perak itu mengaduk cairan yang ada di dalam kuali berpantat besar itu. Ia menyadari banyak sekali bau tidak enak dimana-mana. Tapi--Cassie rasa, Cassie pernah mencium yang lebih bau daripada ini. Umm--seperti bau masakan yang kelewat matang, atau sebut saja,
'gosong', yang dimasaknya. Hihihi. Ampun deh~ kau ini wanita atau bukan, Cass?
Cassie sempat melirik semua temannya. Semua asyik mengaduk cairan yang kelihatannya sama, dan bahkan, beberapa orang sudah menyerahkan isi cairan itu kepada Profesor Horace itu, err--boleh tidak kalau Cassie memanggil Profesor itu dengan nama depannya? hehehe. Tak ada satupun yang tidak mengerjakannya, kecuali gadis kecil berawakan Yunani itu! Cassie tidak mengerjakannya, dan
malah mengaduk ramuan orang lain? Ya ampun! Cassie! Kau tak mau ada panggilan melayang ke rumah Paman Ren, kan? Eh--di dunia sihir, kalau tidak mengerjakan tugas, ada panggilan tidak? Kalau iya, berarti akan merepotkan, dong! Karena Paman Ren, dan Bibi Zi harus menerobos dinding peron, antara peron 9 dan peron 10. Aduh! Jangan ada panggilan, ya? Err--Hogwarts, kan bukan St. Maria--sekolahnya dulu, yang selalu melakukan panggilan saat ada anak yang tidak mengerjakan tugas.
Uhuk..Uhukk..
Cassie terbatuk kecil. Ternyata baunya menyengat juga, ya? Cassie jadi semakin malas mengerjakan ramuan ini. Umm--ia menghentikan adukannya, dan sedikit memiringkan badannya, berbicara pada anak yang sepertinya bernama, Aileen itu--tuh! ada di seragamnya--namanya itu.--"Umm--Aileen, Cassie mau membuat ramuan dulu. Cassie tak mau membuat Profesor Horace--err, Slughorn, marah. And--Bye!" ucapnya riang seraya melambaikan tangannya ke arah gadis Sli-litan, eh, Slytherin itu. Ia kembali ke mejanya. Menyiapkan dirinya. Dan membolak-balik buku Ramuannya yang setebal buku Sejarah Romawi-nya di St. Maria. Ia mencari subbab mengenai Ramuan Penyembuh Bisul, dan--Aha! Ini dia! Ketemu! Cassie mengambil semua yang dibutuhkannya, dan melihat semuanya. Kerjanya hanya mengangguk-angguk tanpa sebenarnya mengerti maksud dan tujuan ramuan itu. Dasar, Cassie!
BAHAN-BAHAN:
1. Dried nettles – Jelatang yang sudah dikeringkan
2. Crushed snake fang – Taring ular yang sudah dihaluskan
3. Stewed horned slugs – Siput bertanduk yang sudah direbus
4. Porcupine quills – Duri landak
Gadis mungil itu mengambil seluruh keperluannya, dan terkadang sedikit mengulang cara pelafalan nama bahan yang tertera di bukunya itu. "Err--Powrkyupiene quiells" pelafalannya semakin aneh kalau ia memasukkan logat yunaninya dan membacanya selayaknya ia membaca banyak nama di buku Sejarah Romawi. Hihihi. Ia terkikik geli saat mendapati nama lucu kalau ia yang mengatakannya, dasar, Cassie! Cassie sudah menyiapkan semuanya. Semuanya sudah ada di atas mejanya, dan sekarang kursinya penuh, eh. Cassie membawa banyak buku yang seharusnya tidak dibawa, karena kesiangan! Jadi--sekarang gadis itu tak bisa duduk deh. Huff. Tapi--yang ada hanya,
taring ular yang masih utuh,
sipuk bertanduk yang masih keras, dan duri landak. Beruntung--duri landaknya tidak harus diapa-apakan. Kalau sampai iya, Cassie bisa kehabisan waktu kalau begitu!
Ia menggulung lengan jubahnya sampai sikunya masing-masing di kanan-kirinya.
Here we go!Ia mengambil taring ular yang masih utuh itu, dan mulai memukul-mukul taring ular itu dengan apa saja yang keras, seperti bukunya. Eh--tapi, ya ampun! Kan ada lumpangnya, dan juga ada alu untuk menumbuknya supaya halus. Aduh! Dasar, Cassie! Ckckck. Bukunya sudah terlanjur sedikit rusak dan taring ularnya juga sudah sedikit halus. Ia menghentikan pekerjaannya yang sangat bodoh itu, dan kemudian beralih pada siput bertanduk yang masih keras itu. Ia menyingkirkan taring ular halus itu dan mengambil sipu tanduk itu. Cassie bingung apa yang harus dilakukannya, supaya siput itu bisa melunak, dan--katanya.. DIREBUS. Yihii~ Cassie mengambil kuali berpantat hitamnya, dan meletakkannya di atas kompor yang sejak tadi masih dalam keadaan mati di depannya. Membungkuk sedikit, mencoba menyalakan apinya, dan WHOOAAA~
--apinya nyala terlalu besar. Cassie sampai kaget! Tanpa menunggu, Cassie langsung mencoba mengecilkan nyala apinya. Fuh--beruntung! Untung saja, tingkahnya tak membuat kelas Ramuan kebakaran. Hehehe.
Cassie menambahkan air secukupnya ke dalam kuali hitamnya itu, dan memasukkan siput tanduk yang masih sangat keras itu kedalamnya. Cassie hanya diam, menunggu siput tanduk itu selesai direbus. Gadis dengan tinggi 138 sentimeter itu berbalik bersandar pada mejanya. Berhubung tidak bisa duduk, Cassie harus rela menunggu seraya berdiri seperti itu.
1 menit...
2 menit...
5 menit... CESS!!
WHOOAAA~
Tangan Cassie terkena pinggiran kuali. Panas sekali! Aduh. Huh--huhh--huhh. Cassie meniup-niup tangannya yang terasa panas dan sekarang memerah. Kualinya panas sekali. Tapi--apa itu berarti siput tanduknya sudah waktunya diangkat, eh? Gadis itu kembali berbalik. Berhadapan dengan kuali pantat hitam itu dan melirik siput tanduk yang ada di dalamnya. Dan--lihat! Benar. Siput tanduk itu terlihat seperti sudah matang. Hehehe. Cassie bermaksud mengambil siput tanduk itu dari kualinya, tapi--gadis itu melirik ke arah bukunya yang terbuka lebar. Membaca instruksi selanjutnya.
CARA MEMBUAT:
1. Nyalakan api di bawah kuali. Hijau Kemerahan.
2. Masukkan bahan-bahannya sesuai takaran. Jelatang, siput dan taring ular. Semuanya harus sudah berupa bahan jadi.
3. Aduk searah jarum jam lima belas kali, ramuannya akan berwarna hijau tua.
4. Tambahkan adukan berlawanan arah jarum jam tiga kali, ramuanmu akan memucat. Teruskan hingga ramuanmu menjadi encer dan berwarna hijau amat pucat.
Cassie mengurungkan niatnya. Memilih untuk sedikit menambah air ke dalam kualinya, dan kemudian bermain dengan nyala apinya. Mencari warna api sampai hijau kemerahan. Umm--DONE.
Ia mengambil jelatang, taring ular, dan duri landaknya ke dalam kualinya. Cassie mengaduk ramuannya searah jarum jam sebanyak lima belas kali. Sesuai dengan yang diperintahkan di buku, rite? Ehehe. Cassie mulai menghitung dengan riang. "Satu... Dua... Tiga..--" gadis itu terus menghitung banyak adukannya. Ingat, lima belas kali! "--tiga belas.. empat belas.. lima belas.. SELESAI!" ucapnya riang seraya menarik adukannya dari dalam kuali. Umm--warna ramuannya jadi hijau tua. Umm--apa seperti ini, ya, warna yang diinginkan Profesor Horace? Cassie mengerutkan dahinya. Melirik bukunya, dan--BENAR. Warnanya memang akan menjadi hijau tua. Cassie tercengir geli. Hehehe. Begini deh, kalau ia tak biasa membaca buku. Fufufu. Mohon pengertiannya!
Oho! Sekarang seharusnya ia kembali mengaduk, rite? Berlawanan arah jarum jam, err--berapa kali? TIGA. Yep. Ia kembali memasukkan adukkannya ke dalam kuali besar itu, dan mengaduknya berlawanan arah dengan yang dilakukannya sebelumnya. "Satu.. Dua.. Tiga! Cukup!" ucapnya sendiri--riang! Well. Lihat! Warna ramuan Cassie jadi pucat dan kental. Dan--err, SEPERTI YANG DIINSTRUKSIKAN DI BUKU! Berarti Cassie benar? Ehehe. Ia melanjutkan kegiatan mengaduknya. Ia bersiul-siul riang seraya mengaduk ramuannya. Uhum. Ia bisa menghentikan adukkannya, kalau ramuannya sudah encer dan berwarna hijau pucat, rite? Yep. Seperti tertulis di buku. OK. Cassie akan terus mengaduknya.
...........................
Sudah cukup lamakah Cassie mengaduk? Umm--sepertinya sudah. Buktinya, Cassie sudah merasa pingganggnya pegal, dan kakinya juga. Ia menjulurkan kepalanya, dan mengintip ramuannya. Sudah encer dan berwarna hijau pucat. Yes, berarti sudah selesai! Asyik! Gadis itu terus tersenyum seraya menuangkan beberapa liter ramuannya ke dalam botol kosong yang ia dapat saat membelinya di toko Kuali saat di err--Diagonalle. Menutupnya. Dan kemudian--menorehkan tinta pada secari perkamen yang kemudian ia tuliskan namanya.
another day, another casualty
5:29 AM
Thursday, February 5, 2009
check..
tes..
another day, another casualty
12:16 AM